Saturday, 2 March 2013

kesatria

saat aku berfikir bahwa cinta sejati akan menunjukkan bahwa keduanya akan saling usaha untuk menunjukkan ketertarikannya, saat itu pula aku teringat sesosok lelaki yang tidak asing lagi, dia sosok misterius, sosok yang sangat menyenangkan, dan belum banyak mengerti dunia, tapi yang membuatku terkesan ketika dia merasa jatuh cinta seolah-olah dia bagaikan seorang kesatria yg menggengam pedang tajam di telapak tangannya, sangat berani dan gagah,
kesatria yang tanpa ragu melakukan apapun untuk mengusahakan bagaimana dia dapat lebih dekat dengan wanita yang ia cintai, yang bukan satu dua detik ia temui, namun sosok wanita yang anggun dihadapannya, yang berparas elok, yang dia tahu sendiri bahwa wanita itu bukanlah wanita sembarangan, wanita yang dapat ditemui dimanapun ia memandang, wanita yang benar-benar berintelegensi tinggi, yang berasal dari keluarga baik-baik, berpendidikan, dan dia tahu sendiri perasaan cinta itu datang sejak melihat wanita itu dibalik jendela kelas terpojok. setiap saat ketika kaki itu berjalan menyusuri taman, menyusuri banyaknya sepeda yang sengaja ditata disamping taman dan ia segera bergegas menuju tempat untuk sekedar membuang rasa haus bahkan lapar yang sejak tadi dirasakannya setelah bergulat dengan berbagai aktivitas yang mungkin dirasakannya menghabiskan energi, sungguh bukan makanan ataupun minuman yang sebenarnya dia cari, apapun itu satu hal yang paling berharga adalah moment-moment ketika jalur itu terlewati, ketika kedua mata seolah-olah tak ingin kehilangan satu momentpun untuk melihatnya bersenda gurau bersama teman-temannya, terkadang dia sengaja melewati raga yang amat dicintainya itu, rasa yang mungkin dia rasakan ketika jantung itu berdetak lebih kencang saat terlintas wajah yang memancarkan kecantikan alami yang mungkin saja tidak ia rasakan ketika berada di ruang yang belum berlantai keramik, ruang yang cukup luas untuk dimasuki 40 siswa, hawa yang terasa panas dan kondisi ruang kelas yang terlihat sedikit gelap jika sang cahaya buatan manusia tidak dihidupkan, aku tahu berada disitu adalah suatu yang membosankan. sesekali perasaan itu dapat berkurang saat keluar sejenak melihat lapangan yang terdapat banyak siswa yang berlarian kemari mengejar satu benda mati yang sejak tadi diperebutkan, menggelinding kesana kemari, sungguh indah masa-masa itu, kegelisahan semakin menjadi ketika suatu kondisi dimana dia bertemu dengan wanita impiannya, bertatap muka, bahkan beberapa kali wanita itu menatap kedua bola matanya yang nampak polos dan terlihat sekali dia sedang malu-malu, bergurau, bercerita tentang apapun yang dirasa cukup untuk menutupi basa-basi nya, mungkin itulah saat-saat ketika kebimbangan mulai menghantui benaknya, sungguh ironis ketika usaha yang mungkin tidak cukup hanya menguras segala ego dan gengsi yang menantang tubuh untuk segera menjauh dari dekapan terhangat dalam hidupnya, suasana disana mungkin lebih menyenangkan bagi sosok sepertinya, sosok yang mungkin saja belum cukup untuk mengambil segala konsekuensi dalam hidupnya, apa boleh buat memang itu adanya, suatu keadaan yang sulit untuk dijalani apalagi untuk mengulangnya, ketika waktu berjalan dengan singkat, saat itu otak ini tak dapat berpikir dahulu sebelum berkata,  saat yang mungkin tak akan lagi muncul dalam hidup ini, saat-saat dimana ketidaktahuan itu menjadi suatu kesalahpahaman, dan menjadikannya nampak pergi menjauh , aku sendiri tak tau kenapa ini bisa terjadi, tapi satu hal yang aku percayai bahwa jangan pernah kamu bertanya mengapa ini bisa terjadi? tapi cobalah bertanya pada dirimu sendiri bagaimana cara aku memulai hal baru yang mungkin akan lebih menyenangkan? stop right now and thank you very much

No comments:

Post a Comment